Liputan6.com, Jakarta Pelemahan ekonomi atau resesi global disebut-sebut mulai berdampak terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia. Namun, hal itu dipandang masih dalam skala yang rendah.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkap sejumlah tanda-tanda resesi global yang mulai masuk ke Indonesia. Termasuk menurunnya kinerja ekspor yang diprediksi terjadi di kuartal I 2023 ini.
Namun, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah memandang kalau dampak resesi global itu cenderung masih rendah. Artinya, ekonomi Indonesia masih bisa menopang dengan setiap capaian-capaiannya.
Advertisement
"Menurut saya seharusnya lebih baik. Karena kondisi perekonomian yang lebih baik pasca pandemi," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (19/2/2023).
Piter mangamini kalau pelemahan ekonomi global pasti akan turut berdampak ke Indonesia, cepat atau lambat. Namun, hingga bulan kedua 2023 ini, dia tidak melihat tanda-tanda yang serius.
Dia masih melihat adanya tren yang positif dari neraca pergadangan per Januari 2023. Padahal, ada faktor pelambatan dari akhir tahun lalu yang disebut-sebut jadi sinyal resesi.
"Pelemahan global kalau terjadi pasti akan berdampak ke Indonesia. Tapi sejauh ini belum terlihat. Neraca perdagangan Januari masih surplus cukup besar di-support oleh harga komoditas yang masih bertahan tinggi," ungkapnya.
Â
Kemungkinan resesi di AS serta Eropa, gejolak akibat pelonggaran kebijakan "Zero Covid" Tiongkok, dan imbas berlanjut perang di Ukraina membawa risiko sendiri bagi perekonomian negara seperti Indonesia. Bila resesi meluas menjadi resesi global, apa s...
Optimis
Dari sisi ekspor, Piter masih melihat optimisme yang terus terjadi. Sebut saja, kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2023 mencapai USD 22,31 miliar atau meningkat 16,37 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya (YoY).
"Saya perkirakan kinerja ekspor tahun ini masih baik. Masih akan surplus walau pun menurun," tegasnya.
Informasi, nilai ekspor tersebut turun 6,36 persen jika dibandingkan Desember 2022 (MoM). Penurunan ekspor Januari 2023 dibandingkan Desember 2022 menggambarkan pola tahunan dalam satu dekade terakhir.
Ekspor pada Januari tahun selalu lebih rendah dibandingkan dengan Desember tahun sebelumnya.Namun, jika membandingkan dengan ekspor bulan Januari dalam lima tahun terakhir (2019-2023),capaian ekspor pada Januari 2023 berhasil mencatatkan nilai tertinggi.
Â
Advertisement
Neraca Perdagangan Surplus
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD 3,87 miliar di Januari 2023. Capaian ini membawa optimisme kinerja perdagangan Indonesia di 2023.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menanggapi kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 hari ini, Kamis (16/2).
"Perdagangan di awal tahun ini menunjukkan kinerja yang cukup baik. Neraca perdagangan pada Januari 2023 menghasilkan surplus sebesar USD 3,87 miliar," kata dia dalam keterangannya.
Surplus neraca perdagangan Januari 2023 terdiri atas surplus neraca nonmigas sebesar USD 5,29 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 1,42 miliar.
Komoditas penyumbang surplus nonmigas terbesar pada Januari 2023 adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15),serta besi dan baja (HS 72) dengan total surplus mencapai USD 7,39 miliar.
Sementara itu jika dilihat berdasarkan mitra dagang Indonesia, negara-negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat,Filipina, India, Jepang, dan Malaysia berkontribusi terbesar terhadap surplus nonmigas pada Januari2023, dengan jumlah mencapai USD 3,87 miliar.
Dia menegaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 melesat jauh dibandingkan surplus bulan Januari tahun 2022 yang tercatat hanya sebesar USD 0,96 miliar.
Peningkatan surplus tersebut dikarenakan kinerja ekspor bulan Januari 2023 naik lebih tinggi,yakni naik 16,37 persen YoY, dibandingkan kinerja impor yang hanya naik 1,27 persen YoY.
Â
Ancaman Resesi
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak resesi global yang sudah mulai terasa bagi Indonesia.
Meskipun ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31 persen, namun kinerja ekspor yang menjadi penyokong ekonomi tahun lalu mulai melemah.
Bahkan Bahlil menyebut kinerja ekspor kuartal pertama tahun ini mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan kinerja pada kuartal IV tahun 2022.
"Ekspor kita di kuartal I-2023 ini rada-rada, tidak sebaik di kuartal IV-2022. Ini tanda-tanda sudah mulai menurun," ungkap Bahlil dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Investasi, Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Selain kinerja ekspor, Bahlil juga mengkhawatirkan terganggunya investasi yang masuk di tahun 2023. Apalagi targetnya naik menjadi Rp1.400 triliun. Masuknya investasi asing ke Indonesia di kuartal perdana ini juga tidak lebih baik dari capaian di kuartal IV-2022.
"Saya baru cek, di kuartal I ini agak tidak sebaik dengan kuartal IV-2022 dan beberapa negara sudah menanyakan investasi di negara kita, dan ini masih butuh pergerakan-pergerakan maintenance yang baik," ungkapnya.
Bahlil menyimpulkan, tahun 2023 menjadi tahun yang sulit selain bertepatan dengan tahun politik. Sebagaimana historisnya, ketika sebuah negara memasuki tahun politik, para investor memilih untuk menahan diri (wait and see) dalam berinvestasi.
"Kita di tahun 2023 menurut saya ini tahun yang tidak main-main," katanya.
Advertisement